Tapi, ya itu tadi, langkah menuju ke sana masih terhenti sekarang ini.
Prof Mikra kini tinggal di Bandung. Anaknya tiga orang. Cukup. Tidak seperti dirinya: 10 bersaudara. Istrinya juga dari Dompu. Lulusan pertanian Universitas Hasanuddin. "Ibu yang memilihkan istri untuk saya. Dia murid ibu saya," kata Mikra.
Cita-cita Mikra untuk bisa menjadi seperti Habibie tercapai. Sebagian. Ia mendapat Habibie Award tahun 2018.
Lalu, apa penyebab no 3 lemahnya perguruan tinggi kita?
Ini yang saya juga baru tahu. Kata Mikra: yang rajin melakukan penelitian dan menghasilkan jurnal ilmiah di sebuah perguruan tinggi orangnya ya itu, itu dan itu saja. Mereka itulah yang banyak mengatrol nilai perguruan tinggi. "Tapi perlakuan kepada kelompok pengatrol mutu itu tidak istimewa. Sama saja dengan yang bukan pengatrol," katanya.
Apakah faktor sikap beragama tidak ikut sebagai penyebab?
"Sebenarnya ikut menjadi penyebab, tapi saya takut menyebutkan. Sensitif," katanya.
Syukurlah KTT G-20 juga bisa dipakai penggugat level perguruan tinggi kita. Siapa tahun bisa naik kelas ke 16 besar dunia. (*)