oleh: drh. Putut Pantoyo
Fungsional Medik Veteriner
Dinas Perikanan dan Peternakan OKU
Salam Veteriner. Melanjutkan tulisan minggu kemarin yang mengenai Feline lower urinary tract disease (FLUTD), sekarang kita akan membahas tentang tanda – tanda klinis, pencegahan dan pengobatan FLUTD.
Tanda – tanda klinis awal pada kucing yang menderita feline lower urinary tract disease (FLUTD) merupakan hasil dariiritasi yang disebabkan oleh kristal yang terbentuk di dalam vesikaurinaria atau uretra kucing. Biasanya kucing yang menderita Feline lower urinary tract disease (FLUTD) akan menunjukkan gejala klinis sebagai berikut: kesulitan urinasi (disuria). Biasanya urinasi dalam waktu yang lama dengan hanya mengeluarkan urin dalam jumlah sangat sedikit dan kucing merejan saat buang air kecil (kadang disertai suara tangisan).
Gambar 1: Posisi tubuh kucing saat urinasi pada kasus (FLUTD) (kiri) dibandingkan dengan posisi urinasi normal (kanan). Gambar 2 Kucing sering menjilat daerah genital.-Foto: Ist.-
(Gambar 1); Peningkatan frekuensi urinasi (polakisuria); kucing sering buang air kecil tidak pada bak pasir yang sudah disediakan; sering menjilat daerah genital (Gambar 2); kadang-kadang terdapat darah pada urin (haematuria); urin berbau busuk dan keruh; kucing tidak nafsu makan; pada keadaan yang lebih serius, dimana terjadi obstruksi pada saluran urinari komplit yang biasanya terjadi pada kucing jantan dapat mengakibatkan kucing tidak dapat urinasi.
Selain itu juga menunjukkan gejala muntah, kelemahan, serta perut yang menegang dan sakit. Karakteristik dari feline lower urinary tract disease (FLUTD) ditandai dengan pembentukan kristal (paling sering struvite) di dalam vesikaurinaria atau terjadi penyumbatan di uretra kucing.
Kristal tersebut akan menyebabkan inflamasi, perdarahan pada vesika urinaria atau uretra dan beberapa kasus dapat mengakibatkan obstruksi pada saluran urinari sehingga aliran urin keluar terhambat. Hal ini akan menimbulkan komplikasi dan dapat menyebabkan kematian pada kucing apabila tidak cepat ditangani.
Akibat yang ditimbulkan dari penumpukan Kristal mineral pada vesikaurinaria adalah munculnya peradangan pada dinding vesikaurinaria; terbentuknya urolithiasis yaitu pembentukan batu pada vesikaurinaria; pembentukan batu ginjal pada saluran vesikaurinaria; adanya penyumbatan pada saluran vesikaurinaria menyebabkan air kencing tertahan di dalam vesikaurinaria, akibat yang ditimbulkan adalah kucing dapat keracunan dari air kencingnya sendiri yang sudah bersifat toksik.
Diagnosa FLUTD didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan urinalisis. Pada kasus yang sudah parah dapat dipalpasi pembesaran dan rasa sakit pada vesikaurinaria. Jika diduga terjadi infeksi pada vesikaurinaria, maka kultur urin dapat dilakukan. Kucing yang mengalami obstruksi saluran urinaria memiliki tingkat enzim ginjal yang tinggi (blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin) dalam darah.
Gambar 3 Hasil X-ray bagian abdomen kucing yang menderita FLUTD dimana terlihat pembesaran pada vesikaurinaria (kiri) karena tidak dapat urinasi dan dibandingkan denganhasil x-ray kucing yang normal (kanan).
Adapun pengobatan yang perlu diberikan pada kasus FLUTD yaitu: Eliminasi kristal mineral atau batu pada saluran urinari kucing dapat dilakukan melalui diet atau makanan khusus yang dapat melarutkan kristal mineral atau batu tersebut serta dapat juga melalui operasi pengeluaran kristal mineral atau batu pada saluran urinari kucing.
Dalam beberapa kasus tindak bedah diperlukan selain untuk menghilangkan sumbatan pada uretra, juga untuk mencegah terjadinya pengulangan timbulnya kristal mineral. Pada kasus obstruksi uretra oleh kristal mineral atau batu (blocked urethra), memerlukan perawatan darurat yang meliputi pembilasan (flushing) atau kateterisasi uretra untuk mengeluarkan urin dan kristal pada vesikaurinaria.
Sebelum dilakukan pembilasan (flushing) atau kateterisasi uretra, kucing terlebih dahulu diberikan anestesi umum yang kerjanya singkat. Penyuntikan cairan fisiologis secara intravena diperlukan ketika sindrom uremia terjadi (depresi, muntah, dehidrasi) dengan tujuan mengganti cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian antibiotik diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri.