Tentu yang membaca lirik itu menghubungkannya dengan situasi politik terakhir. Yakni ketika Presiden Jokowi seperti memindahkan dukungan dari Capres Ganjar Pranowo ke Prabowo Subianto.
Padahal bisa saja bukan. Bisa saja ada maksud yang lain. Siapa tahu lirik itu hanya ditujukan ke tokoh PDI-Perjuangan seperti Budiman Sudjatmiko. Yang kini terang-terangan mendukung Capres Prabowo. Atau jangan-jangan Prananda menunjukkan lirik lagu itu kepada Muhaimin Iskandar. Bahkan siapa tahu lirik itu ditujukan ke Zelenskyy di Ukraina sana.
Bisa juga hari itu Prananda baru saja nonton wayang kulit semalam suntuk. Ia benci kepada salah satu tokoh wayang. Maka lirik itu ia tujukan untuk Patih Sengkuni.
Berarti baiknya jangan ada yang tersinggung. Apalagi, setelah saya teliti, ternyata lirik itu ditulis tahun 2015. Tidak ada perubahan lirik apa pun saat lagu Pengkhianat disiarkan di YouTube tujuh hari lalu.
Maka saya ingat-ingat: ada kekecewaan apakah di tahun itu. Rasanya tidak ada. Toh Prananda tidak pernah punya keinginan masuk dalam daftar kabinet baru. Prananda tidak kelihatan punya ambisi politik. Di PDI-Perjuangan pun tidak pernah dipanggungkan. Padahal jabatan dalam partai sangat tinggi: salah satu ketua DPP.
Saya hanya bertemu Prananda satu kali. Di pemakaman Taufiq Kiemas, ayah tirinya.
Prananda, Anda sudah tahu, putra kedua Megawati dari suami pertama: Kapten Penerbang Anumerta Surindro Supjarso.
Di pemakaman itu Prananda berpidato mewakili keluarga. Pakai peci hitam. Saya terkesima. Hampir persis Bung Karno di saat muda. Saya sampai heran saat itu: mengapa ''Bung Karno Muda'' ini tidak pernah dipromo sebagai putra mahkota Megawati.
Prananda, dengan lagu itu, tampil garang. Serangan kepada Presiden Jokowi tidak hanya lewat programnya, juga lewat lagu seperti itu.
Prananda memang juga seperti Bung Karno: seniman. Khususnya musik. Ia penggemar rock aliran paling keras: deadrock. Jenis lagu seperti Pengkhianat sering juga disebut rock underground.
Di aliran ini, salah satu grup band Indonesia yang populer adalah Deadsquad. Saya juga menggolongkan Erix Soekamti di kelompok ini tapi ia sendiri menyebut diri ''rock saja''.
Pertanyaan penting: apakah dengan sorotan seperti itu ada kemungkinan Jokowi balik dukung Ganjar lagi?
"Dari sisi Pak Jokowi mungkin saja. Tinggal apakah PDI-Perjuangan masih mau menerima", ujar seorang politisi yang kini punya podcast terkenal.
Dulu, setelah ada lagu Celeng Degleng Megawati mau menerima Ganjar yang didukung Jokowi. Kini, setelah ada lagu Pengkhianat entah apa yang akan terjadi.(*)