BATURAJA, OKES.NEWS - Mantan kepala desa (Kades) Battu Winangun Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU , berinisial SP di tahan Kejaksaan Negeri (Kejari) Ogan Komering Ulu (OKU), Selasa (12/12/2023).
SP ditahan pihak Kejari OKU lantaran diduga melakukan tindak pidana korupsi yakni pungli dalam p embuatan s ertifikat tanah p rogram Redistribusi Reforma Agraria t ahun 2021 sebanyak kurang lebih 700 p ersil di Desa Battu Winangun , Kecamatan Lubuk Raja , Kabupaten OKU .
SP ditetapkan tersangka dan ditahan setelah menjalani pemeriksaan oleh penyidik Kejari OKU, Selasa (12/12/2023).
“Setelah ditetapkan tersangka, kami langsung melakukan penahan. Saat ini, tersangka kami titipkan di Rutan Baturaja. Tersangka dikenakan penahanan selama 20 hari dan akan diperpanjang nantinya,” kata Kajari OKU Choirun Parapat SH MH melalui Kasi Pidsus Yerry Tri Mulyawan SH, Selasa (12/12/2023).
BACA JUGA:Kades di OKU DiImbau Kelola Dana Desa Transparan dan Akuntabel
Yerry menjelaskan, modus dugaan korupsi tersebut berawal saat tersangka SP selaku Kepala Desa Battu Winangun saat itu telah mengakomodir p rogram Redistribusi Reforma Agraria Tahun 2021 .
Dimana pada Januari tahun 2022 t im dari BPN Kabupaten Ogan Komering Ulu melakukan sosialisasi kepada sebagian masyarakat Desa Battu Winangun.
Adapun sosialiasi tersebut terkait p rogram Redistribusi Reforma Agraria Tahun 2021 . S elanjutnya tersangka SP selaku Kepala Desa Battu Winangun saat itu membentuk kepanitian yang bertugas untuk melakukan pendataan pada kegiatan p rogram Redistribusi Reforma Agraria Tahun 2021 .
K emudian para panitia mengadakan m usyawarah yang tertuang dalam b erita a cara t indak l anjut p rogram i nventarisasi k epemilikan l ahan Desa Battu Winangun .
BACA JUGA:Cegah Korupsi, Ratusan Kades di OKU Dibina
Serta b erita a cara t entang b iaya p embuatan s ertifikat tanah p rogram Redistribusi Tanah Desa Battu Winangun yang dihadiri seki tar 21 orang .
Dimana pada pokoknya menetapkan biaya yang sudah disepakati bersama sebesar Rp500.000 per s ertifikat atau persil kepada warga yang akan mendaftar dalam p rogram Redistribusi Reforma Agraria tahun 2021 .
T erhadap biaya yang dikenakan kepada masyarakat yang mendaftar program Redistribusi Reforma Agraria Tahun 2021 tersebut kemudian Kepala Desa Battu Winangun saat itu yaitu tersangka SP
menerbitkan peraturan Kepala Desa Battu Winangun Nomor 03 Tahun 2021 . Yakni t entang Adiministrasi Pertanahan dan setelah mengikuti program Redistribusi Reforma Agraria Tahun 2021 tersebut .
BACA JUGA:Belum Inkrah, Mantan Kades di OKU Divonis 6 Tahun Penjara, Suherman Ajukan Banding
Kemudian w arga yang mendaftar diminta oleh para p anitia d esa untuk membuat dan menulis s urat p ernyataan bersedia membayar uang pendaftaran yang ditandatangani oleh warga pendaftar di atas materai.
“Padahal, pembuatan sertifikat tersebut sudah dibiayai negara. Dalam kasus ini tidak ada kerugian negara. Meskipun seolah-olah masyarakat bayar Rp500 ribu itu sukarela, tetap saja itu menyalahi aturan,” imbuh Yerry.
Sehingga, akibat perbuatannya, tersangka SP disangka melanggar pertama Pasal 12 huruf e Undang- U ndang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .
S ebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2001 Tentang perubahan atas Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .
BACA JUGA:Pemkab OKU Gandeng Kejaksaan Dalam Pengelolaan Dana Desa, Kades Diminta Begini
Atau k edua Pasal 11 Undang- U ndang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
U ndang RI Nomor 20 Tahun 2001 Tentang perubahan atas Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
“Soal apakah akan ada tersangka lain pada kasus ini, kemungkinan itu ada. Tapi, kami belum tahu seperti apa perkembangannya nanti,” pungkas Yerry.
Sementara, kuasa hukum tersangka SP, Jhoni Anthoni SH mengatakan pihaknya masih akan berkoordinasi dengan keluarga klienya atas penetapan tersangka tersebut.
BACA JUGA:Banjir Rendam Ratusan Rumah di OKU
“Saat ini, kami masih akan berkoordinasi dengan keluarga klien kami atas penetapan ini dan apa yang akan kami lakukan kedepannya,” ungkap Jhoni Anthoni SH.(*)