Nama penghargaan ini diambil dari Jenderal Purnawirawan Hoegeng Iman Santoso, yang dikenal sebagai simbol kejujuran dan ketulusan dalam melayani masyarakat.
Hoegeng Iman Santoso lulus dari sekolah kepolisian pada tahun 1944 dan memulai kariernya yang cemerlang dengan memegang berbagai jabatan penting di kepolisian dan instansi sipil negara.
Saat menjabat sebagai Kapolri, Hoegeng melakukan banyak pembenahan, khususnya pada struktur organisasi di tingkat Mabes Polri, dan memperkuat peran Polri di organisasi internasional.
BACA JUGA:Lima Kapolres dan Dirintelkam Polda Sumsel Diganti, Berikut DaftarnyaIa mengakhiri masa
baktinya sebagai Kapolri pada 2 Oktober 1971.
Hoegeng sangat teguh memegang prinsip kejujuran baik dalam karier kepolisian maupun kehidupan sehari-hari.
Seperti yang diingat oleh cucunya, Krisnadi Ramajaya Hoegeng, “Walaupun saya kepala Kepolisian Republik Indonesia, saya hanya polisi biasa.”
Hoegeng selalu memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat yang tulus, menjaga integritas dan memberikan contoh yang baik kepada bawahannya.
Rama, panggilan akrab cucunya, juga mengingat tiga ‘senjata’ yang digunakan Hoegeng dalam menjalankan tugas dan kehidupan sehari-hari:
Memberikan contoh dari atas ke bawah: Hoegeng selalu memberikan teladan yang baik kepada bawahannya.
Ucapan yang konsisten: Ucapannya selalu sesuai dengan tindakannya, sehingga mudah dimengerti dan dipahami.
Sentuhan langsung dan turun ke bawah: Hoegeng selalu berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk memberikan pengayoman dan edukasi.
BACA JUGA:Beri Bantuan Turunkan Angka Stunting Polres OKU Lakukan Penyuluhan
Pesan Hoegeng yang selalu diingat oleh banyak orang adalah, “Memang baik menjadi orang penting tetapi lebih penting menjadi orang baik.
”Kejujuran dan menjaga nama baik menjadi warisan yang terus dikenang dan diterapkan oleh keluarga dan institusi Polri.
Melalui Hoegeng Awards, Polri diharapkan dapat meneladani sosok Hoegeng dan terus berupaya menjadi institusi yang memberikan pengayoman terbaik kepada masyarakat.