OKES.NEWS - Sebagian pasien hipertensi sering kali merasa khawatir tentang potensi kerusakan ginjal akibat penggunaan obat secara rutin.
Pasalnya, pasien dengan kondisi ini umumnya perlu mengonsumsi obat dalam jangka panjang untuk menjaga tekanan darah tetap stabil. Namun, apakah kekhawatiran ini merupakan mitos atau fakta?
Menurut Prof. Zubairi Djoerban, seorang ahli spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi-onkologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), banyak pasien hipertensi yang khawatir akan “ketergantungan” terhadap obat dan takut ginjalnya mengalami kerusakan.
Dalam cuitannya, beliau menyebutkan bahwa salah satu pasien mengungkapkan kekhawatiran ini, terutama terkait obat-obatan seperti Candesartan, Bisoprolol, dan Furosemide yang harus diminum setiap minggu.
Prof. Zubairi menegaskan bahwa yang seharusnya dilakukan adalah tetap rutin mengonsumsi obat.
BACA JUGA:Pesawat SAM AIR Jatuh di Empang, 4 Orang Meninggal Dunia di Pohuwato
BACA JUGA:Anis Baswedan Hadiri Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih
Justru, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh jantung koroner dan mengganggu sirkulasi darah ke otak dan ginjal.
“Tidak mengonsumsi obat justru akan merusak ginjal,” tambahnya.
Beliau mendorong para pasien hipertensi untuk disiplin dalam mengonsumsi obat dan melakukan kontrol rutin ke dokter.
“Lanjutkan pengobatan secara teratur dan jangan lupa untuk memeriksakan diri ke dokter. Jika ada kekhawatiran, silakan tanyakan kepada dokter,” ungkapnya.
Meskipun obat hipertensi dapat dibeli di apotek, Prof. Zubairi menekankan pentingnya untuk tetap berkonsultasi dengan dokter setiap tiga bulan sekali bagi pasien yang menderita hipertensi.
Menurut informasi dari laman resmi Kementerian Kesehatan, hipertensi adalah kondisi di mana terjadi peningkatan tekanan darah dalam arteri.
BACA JUGA:Pesawat SAM AIR Jatuh di Empang, 4 Orang Meninggal Dunia di Pohuwato
BACA JUGA:Kembali Ukir Prestasi, SSB PSS Juara 3 Turnamen Sepak Bola Bekang Sriwijaya