Indonesia ‘Belum Merdeka’ PMK
Pemeriksaan suhu tubuh sapi pada pemeriksaan PMK.-Foto: jpnn-
Oleh : Drh. Putut Pantoyo
Fungsional Medik Veteriner
Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten OKU
Salam Veteriner. Tidak terasa, sudah 77 tahun yang lalu Bangsa Indonesia memproklamasikan Hari Kemerdekaan yang di ikrarkan oleh Bapak Proklamator kita, Bung Karno dan Bung Hatta. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia Memproklamasikan hari kemerdekaannya dan mendapat pengakuan dari Bangsa yang lain sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdaulat adil dan makmur.
Sesuai dengan cita – cita luhur para Pahlawan yang telah rela menumpahkan darah dan tak jarang sampai meregang nyawa untuk mwujudkan kata “MERDEKA”, maka sesudah 77 tahun merdeka apakah Negara kita sudah benar – benar merdeka di segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk itu penulis akan berusaha menggambarkan arti kemerdekaan untuk salah satu penyakit yang kembali masuk ke Indonesia, yaitu PMK.
Penyakit PMK ini pertama kali dilaporkan di Jawa Timur yang merupakan salah satu lumbung sapi Nasional. Dengan total populasi sapi 4,9 juta ekor dari total populasi secara Nasional adalah 19 juta ekor. Ledakan wabah PMK pertama kali diketahui di Indonesia tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur, kemudian penyakit menyebar ke berbagai daerah seperti Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.
Kampanye vaksinasi massal memberantas PMK dimulai tahun 1974 sehingga pada periode 1980-1982 seolah PMK telah hilang. Tetapi tahun 1983 muncul lagi di Jawa Tengah dan menular kemana-mana. Melalui program vaksinasi secara teratur setiap tahun, wabah dapat dikendalikan dan kasus PMK tidak muncul lagi.
Pada tahun 1986 Indonesia menyatakan bebas PMK. Awal mei 2022 kasus PMK muncul lagi di Jawa Timur dan dengan cepat menyebar ke wilayah lainnya. Pemerintah juga tidak tinggal diam untuk mengantisipasi penyakit ini, maka daerah yang sudah terkena segera di lockdown (isolasi) ternaknya.
PMK menjadi sangat penting karena tingkat penularan/morbiditasnya bisa mencapai 100% walaupun angka kematiannya/mortalitasnya tidak setingggi angka penularan. PMK tidak menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya, atau tidak bersifaf zoonosis. Sehingga dagingnya dapat dikonsumsi oleh orang akan tetapi memenuhi standart yang telah ditetapkan.
Berikut ini tips untuk konsumen rumah tangga terkait daging dan susu pada saat wabah PMK.
Pertama Penyakit Mukut dan Kuku (PMK) bukan zoonosis artinya tidak dapat menular atau menginfeksi ke manusia. Jadi mengonsumsi daging dan susu yang telah dimasak AMAN dan SEHAT.
Kedua, virus PMK banyak terdapat dalam darah, air liur, dan jeroan hewan (sapi/kambing/domba/babi) yang sakit dan ini menjadi sangat potensial menularkan ke hewan yang peka lainnya melalui air cucian jeroan dan potongan sisa jeroan yang dibuang sebagai sampah yang mungkin akan menular ke hewan peka lain yang menakan sisa jeroan mentah pada sampah.
Ketiga, daging dan jeroan yang dibeli, sampai di rumah jangan dicuci agar jika terdapat cemaran virus pada daging dan jeroan maka virus tidak mencemari lingkungan melalui air cucian. Daging harus langsung dimasak dengan merebus pada air (kuah) yang mendidih selama minimal 30 menit ATAU daging langsung disimpan dalam kulkas minimal 24 jam agar pH (keasaman) daging mencapai di bawah pH 6 yang dapat menginaktivasi virus PMK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: