Wujud Toleransi, Tradisi 1 Muharram di Karang Manik Libatkan Semua Agama

Minggu 29-06-2025,12:00 WIB
Reporter : Deo
Editor : Gus Munir

OKES.NEWS - Langit malam di Desa Karang Manik, Kecamatan Belitang II, Kabupaten OKU Timur, terasa damai pada peringatan malam 1 Muharram 1447 Hijriah.

Warga dari berbagai dusun tampak berkumpul di setiap perempatan. Mereka membawa nasi takir—hidangan khas berupa nasi dan lauk pauk yang dibungkus daun pisang—untuk disantap bersama.

Dengan penerangan seadanya dan suasana yang hening, warga larut dalam doa. Namun malam itu terasa berbeda. Bukan hanya umat Islam yang hadir.

Masyarakat dari berbagai agama—Kristen, Hindu, hingga Buddha—ikut ambil bagian. Mereka duduk berdampingan, bersama-sama memanjatkan doa dan harapan agar tahun baru ini membawa kedamaian serta terhindar dari musibah.

“Ini bukan sekadar tradisi umat Islam. Ini adalah cara kami menjaga persaudaraan. Doa itu bahasa yang dimengerti semua keyakinan, karena setiap agama mengajarkan kebaikan,” ujar Kepala Desa Karang Manik, Widiono, Sabtu (28/06/2025).

BACA JUGA:Wamen ATR Tekankan Budaya Melayani di Kantah Denpasar

Ia menjelaskan bahwa tradisi doa bersama di malam Tahun Baru Islam atau malam 1 Suro memang telah berlangsung setiap tahun. 

Namun, keterlibatan masyarakat dari berbagai agama itulah yang membuatnya semakin bermakna.

“Mayoritas penduduk desa kami memang Muslim, sekitar 71,2 persen. Tapi ada juga warga Hindu sebanyak 21,5 persen, Kristen 5,4 persen, dan Buddha 1,9 persen. Semuanya terlibat, tak ada yang merasa terpinggirkan. Karang Manik ini kecil secara wilayah, tapi besar dalam hal toleransi,” lanjutnya.

Desa Karang Manik terdiri dari empat dusun dengan total penduduk sebanyak 2.013 jiwa dan 533 kepala keluarga. 

Berjarak sekitar 8 kilometer dari pusat Kecamatan Belitang II dan 81 kilometer dari ibu kota Kabupaten OKU Timur, desa ini hidup dalam kesederhanaan, namun kaya dalam semangat kerukunan.

BACA JUGA:Prabowo Resmikan 47 PLTS, 5.383 Rumah Tangga 3T Kini Nikmati Listrik

Menurut Widiono, hubungan antarumat beragama di desanya sudah terjalin erat sejak lama dengan dasar saling menghormati.

Toleransi tak hanya terlihat saat perayaan Islam, tapi juga pada perayaan agama lain. Saat umat Hindu merayakan Nyepi, warga Muslim turut menjaga ketenangan lingkungan. 

Begitu pula saat Natal, pemuda lintas agama membantu pengamanan gereja.

Kategori :