OKES.NEWS - Pemerintah Kabupaten OKU Timur terus menunjukkan komitmennya dalam mendorong pembangunan yang berbasis data.
Hal ini dibuktikan dengan kehadiran langsung Bupati OKU Timur, Ir. H. Lanosin, M.T., M.M., dalam peluncuran Output Sistem Satu Data Desa Indonesia (SDDI) dan program Desa Cinta Statistik (Desa Cantik) yang berlangsung di Desa Sukaraja, Kecamatan Buay Madang, pada Kamis, 7 Agustus 2025.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Kepala BPS Provinsi Sumatera Selatan, Moh. Wahyu Yulianto, S.St., S.Si., M.Si., serta Plt. Kepala BPS Kabupaten OKU Timur, Anwar Ashari, S.E., M.M.
Bersama Bupati Enos, keduanya secara resmi meresmikan penerapan output SDDI dan program Desa Cantik untuk Desa Sukaraja.
Dalam sambutannya, Bupati menekankan bahwa pondasi utama dalam membangun desa yang damai dan maju terletak pada ketersediaan data yang valid dan mutakhir.
BACA JUGA:Menteri Nusron: Semua Masyarakat Wajib Pasang Patok
“Data merupakan dasar dari setiap proses pembangunan. Perangkat desa harus secara aktif memperbarui data yang ada agar perencanaan bisa diarahkan secara tepat,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa data yang akurat tidak hanya memberikan gambaran kondisi nyata di lapangan, tetapi juga mempermudah kepala desa dalam menyusun rencana kerja yang terarah dan sistematis.
Melalui program Desa Cantik, desa diharapkan mampu memiliki tata kelola yang lebih baik dan terukur.
“Jika desa tertata dengan data yang akurat, maka bantuan dari pemerintah daerah pun akan lebih mudah disalurkan secara tepat sasaran,” imbuhnya.
Bupati Lanosin juga menyampaikan aspirasi besarnya terhadap Desa Sukaraja.
BACA JUGA:Menteri Nusron Akan Pimpin GEMAPATAS di 23 Daerah Secara Serentak
“Saya ingin Desa Sukaraja menjadi percontohan di tingkat nasional. Kita harus buktikan bahwa desa kita mampu bersaing dan menjadi inspirasi bagi desa lain,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Sumatera Selatan, Moh. Wahyu Yulianto, menggarisbawahi pentingnya partisipasi desa dalam proses pembangunan.
Menurutnya, sudah saatnya desa tidak lagi diposisikan hanya sebagai objek pembangunan, melainkan menjadi pelaku utama atau subjek pembangunan itu sendiri.