Daging Pencurian

Daging Pencurian

Dahlan Iskan-foto ist-

Salah satu yang dianggap hambatan adalah status Indonesia yang bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Status itu harus dipertahankan dengan segala daya. Akhirnya kita tergantung ke satu-dua negara.

Penyebab lain adalah mahalnya makanan ternak. Melimpah tapi mahal. Dan musuh besar yang tidak kelihatan adalah sistem hukum. Hukum sapi? Bukan. Hukum manusia. Begitu tidak jalannya penegakan hukum sampai pencuri sapi berani menelepon pemilik sapi yang akan dicuri. Itu yang terjadi di sentra sapi Sumba. Sampai gairah memelihara sapi di sana tidak seperti dulu lagi.

Tentu persoalan di setiap lini itu harus diatasi. Termasuk bagaimana cara untuk memperbanyak sapi di tingkat peternak kita. Agar jumlah sapi yang hanya 18 juta kepala itu bisa menjadi 9 digit. 

Luhut setuju dengan ide itu. "Kalau perlu peternak diberi subsidi," ujar Luhut.

Bisa?

“Kan sudah ada contohnya. Mobil listrik bisa diberi subsidi. Kenapa sapi tidak bisa," jawabnya.

Berarti menteri pertanian akan punya pekerjaan besar. Kalau masih dipercaya. Atau langsung jadi pekerjaan rumah Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr Nasrullah yang ikut Luhut ke Brasil.

Jalan Brasil ini kelihatannya peta baru di Ditjen Peternakan. Bisa juga disebut jalan pintas. Nasrullah selama ini fokus ke ayam, telur, dan daging kambing. Simaklah pernyataannya tahun lalu: "Ayam kita sudah surplus, telur kita sudah surplus, dan daging kambing atau domba juga surplus. Tinggal daging sapi atau daging kerbau yang belum."

Nasrullah sebenarnya sudah punya rencana untuk pencukupan  daging sapi itu. Misalnya lewat program Gertak Birahi. Yakni peningkatan inseminasi buatan. Lalu ada program wajib bunting. Disebut Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting). 

Program itu tentu sangat baik tapi tergolong normal. Luhut ingin yang lain. Yang cepat. 

Luhut begitu sukses dengan hilirisasi. Kini ia akan melakukan hulunisasi di ternak sapi.(*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait