GanSi GanBeh

GanSi GanBeh

Dahlan Iskan-foto ist-

Bisa saja, sebenarnya, tidak ada dalang seperti itu. Jangan-jangan itu hanya khayalan saya saja. Terutama setelah sebulan terakhir menonton dalang Masnda Yusuf Anshor lebih dari 15 lakon. Begitu maju cara Masnda Yusuf mendalang. Begitu laris. Begitu populer. Inilah anak kelas 1 SMA paling berprestasi saat ini. 

Ia dipanggil ''Masnda'' karena belum layak dipanggil Ayahanda. Atau kakanda. Tapi juga tidak kelas kalau harus dipanggil Adinda. Di Jawa, anak kecil pun biasa dipanggil ''Mas'' sebagai bentuk penghargaan.

Anies dan Muhaimin bukanlah wayang. Tapi para dalang bisa  membuat mereka sebagai lakon pewayangan.

Anies-Muhaimin sudah memilih deklarasi dini. Bahwa lokasi deklarasinya di Surabaya Anda sudah tahu: Jatim basis NU. 

Pun ketika hanya NasDem dan PKB yang mendeklarasikan. Itu sudah cukup. Kursi parlemen dua partai itu mencapai 117, melebihi batas minimal 115 kursi.

Bahwa PKS tidak ikut di Surabaya  bisa jadi itu taktik: jangan terlalu menampilkan PKS. 

Pertama, jumlah kursi sudah cukup. Kedua, NU kurang suka pada PKS. Ketiga, sampai sekarang PKS belum pernah secara resmi mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres.

PKS, di pergulatan ini, terlihat sangat dewasa. Mungkin karena PKS memang sudah berubah.

Jangan sampai Anda tidak tahu: Ketua Majelis Syura (Syuriah) PKS saat ini, Ustad SalimSegaf Al Jufri, adalah ulama NU. Jangan pula tidak tahu: Presiden PKS sekarang ini adalah NU tulen, KH Ahmad Syaikhu. Dan lagi: ketua PKS Jatim saat ini juga orang Madura nan NU, Irwan Setiawan.

Maka belum tentu PKS akan berada dalam koalisi baru bersama Demokrat dan PPP. Kalau ini terjadi, akankah ada 4 pasangan? Tidak belajarkah bahwa ikut Pilpres itu mahal sekali?

Saya tidak berhasil mencari tahu mengapa lokasi deklarasinya di Hotel Majapahit. Di backdrop acara ditulis Hotel Yamato. Tapi saya tahu: hotel boutique ini sekarang milik konglomerat Murdaya Poo. Bisa juga tidak ada hubungan dengan Poo. Itu lebih karena di hotel ini pernah ada peristiwa heroik: 19 September 1945. Sejumlah pejuang naik ke menara di atas hotel itu. Mereka naik tangga. Lalu naik tiang bendera. Mereka merobek bendera Belanda, Merah-Putih-Biru menjadi tinggal Merah-Putih.

Kemarin, setelah deklarasi, Anies-Muhaimin naik ke menara itu. Berdua. Sama-sama pakai baju putih dan kopiah hitam. Di dekat keduanya terbaca prasasti peristiwa di tahun 1945.

Letak hotel itu di Jalan Tunjungan. Bagi yang sudah lama tidak ke Surabaya mungkin mengira Jalan Tunjungan masih mati. Sepi. Gelap.

Tidak. Jalan Tunjungan kini kembali sangat ramai. Wali Kota Eri Cahyadi sudah berhasil menghidupkan Jalan Tunjungan.  

Secara fisik Wali Kota Risma-lah yang mengubah Jalan Tunjungan menjadi lebih berkelas. Tapi Wali Kota Eri yang menghidupkannya. Dua-duanya kader PDI-Perjuangan. Banyak kepala daerah berprestasi dari partai kepala banteng ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait