Mata Air

Mata Air

Dahlan Iskan-foto ist-

"Kalau minum air, jangan lupa sumbernya". Itulah pepatah terkenal di Tiongkok. Pepatah itu  jadi salah satu pegangan orang Tionghoa.

Masa SMA adalah masa paling gila. Pun bagi para alumni Machung. Mereka sudah menyebar. Mereka sering mengadakan reuni. Tahun 2001 mereka reuni akbar: di Xiamen, Tiongkok.

"Minum air jangan lupakan sumbernya (饮水思源, yǐn shuǐ sī yuán)". Pepatah itu diucapkan Mochtar Riady di Xiamen. Maka dicarilah apa bentuk nyata dari ''jangan lupakan sumber" itu. Dimunculkanlah gagasan membuat yayasan pendidikan di Malang. Lahirlah ide Universitas Ma Chung.

Tahun 2004 diadakan lagi reuni besar. Kali itu di Malang. Lokasinya di tanah 5 hektare yang akan dipakai kampus Universitas Ma Chung. Di Malang barat. Di dalam kawasan real estate besar milik Teguh Kinarto. "Kami dirikan tenda besar seluas 4 hektare," ujar Teguh mengenang.

Teguh menjadi ketua yayasan. Mochtar Riady menjabat ketua dewan pembina. Murdaya Poo ketua dewan pengawas.

Saat itu disepakati pula siapa yang tercatat sebagai pendiri di luar Mochtar Riady dan Murdaya Poo. Mereka adalah Soegeng Hendarto, Teguh Kinarto, Hendro Sunjoto, Koentjoro Loekito, Effendy Sudargo, Agus Chandra, Hadi Widjojo, Nuryati Tanuwidjaya, Nehemja, Alex Lesmana Samudra, Evelyn Adam, Usman Harsono, Nagawidjaja Winoto, dan Soebroto Wirotomo. Semua pengusaha terkemuka. 

Hasilnya: disepakati bahwa Universitas Ma Chung harus berdiri pada tanggal 7, bulan 7, tahun 2007. Maka jadilah. Sampai sekarang. 

Nama Universitas Ma Chung besar di Malang. Tapi jumlah mahasiswanya masih termasuk kecil. Di tahun 2023 ini hanya menerima 300 mahasiswa baru.

Tidak melupakan sumber air telah mereka lakukan dengan sungguh-sungguh. Tapi untuk membuat sumber air itu hebat rupanya lebih sulit. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: