Nilai Rocky
Dahlan Iskan-foto ist-
Oleh: Dahlan Iskan
MISTERI seretnya karir kemiliteran Luhut Binsar Pandjaitan disinggung di buku yang diluncurkan Kamis sore kemarin. Dua tokoh menyinggungnya di buku hadiah ulang tahun ke-76 Luhut itu: Jenderal Hendro Priyono dan Jenderal Sintong Panjaitan.
Yang pertama, Luhut tidak mau di-bully. Tepatnya difitnah. Luhut mendatangi yang ia anggap memfitnah. Ia lawan. Istri Luhut pun kompak: ikut melawan.
Yang dilawan itu ternyata atasan. Luhut tidak peduli. Tapi sang atasan bukan jenderal biasa. Ia adalah pejabat yang sangat berpengaruh pada kenaikan pangkat seseorang.
Sayang tidak disebut siapa nama atasan itu. Apakah sekarang masih hidup. Pun fitnahnya soal apa.
Yang kedua, Luhut hadir dalam rapat perwira tinggi yang diadakan Jenderal Benny Moerdani. Benny kala itu menginginkan Presiden Soeharto berhenti sampai di Pemilu tahun 1997 saja. Tidak maju lagi sebagai calon presiden periode ke-6. Beliau sudah 32 tahun menjadi presiden.
Tidak satu pun yang menyebut seretnya karir Luhut terkait dengan tokoh anti-Soeharto, Dr Sjahrir. Yang mengawini adik Luhut: Nurmala Kartini.
Sebagai lulusan terbaik Akabri tahun 1970, Luhut tentu ingin pada suatu saat mencapai jabatan tertinggi di angkatan darat: KSAD. Apalagi saat itu pangkatnya sudah letnan jenderal.
Tapi ia dipanggil seniornya: Jenderal Sintong Panjaitan. Sintong sedang menjabat penasihat Presiden B.J. Habibie bidang militer. Saat itu Habibie ingin memperbaiki hubungannya dengan Singapura. Hubungan itu renggang akibat Habibie sangat kecewa pada Singapura. Habibie menganggap Singapura tidak cukup membantu tetangga terdekat yang lagi mengalami krisis moneter. Lalu, saat diwawancarai media asing, Habibie menunjukkan peta dunia. Betapa luas Indonesia. "Titik merah kecil itu Singapura," katanya.
Singapura merasa diremehkan. Hubungan kian tidak baik. Sintong melihat Luhut mampu mengatasi ketegangan dua negara.
Maka Luhut diminta mau menjadi duta besar di Singapura. Luhut menolak. Ia keberatan kalau harus mendadak berhenti dari dinas militer.
Sintong memaksanya. Luhut tetap menolak. Ia ingin masih bisa menjadi KSAD. Sintong marah. "Jelek sekali muka kamu," bentak Sintong. Luhut tetap menolak.
Sintong mengeluarkan jurus pemungkas: "Ini perintah langsung Panglima Tertinggi!".
Mendengar kata-kata terakhir itu, Luhut langsung berdiri, mengambil sikap sempurna, memberi hormat dan dengan tegas mengatakan: Siaaap!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: