Jag-EV
Dahlan Iskan-foto ist-
Maka semua madrasah di lingkungan PSM harus punya keunggulan. Bebas memilih. Satu bulan ke depan sudah harus lapor: mau pilih unggul di bidang apa.
Sampai kemarin umumnya mereka belum tahu harus unggul di bidang apa. Rupanya tidak mudah memilih jenis unggulan secara dadakan. Saya pun mengalah. Tidak harus sekarang. Rundingan dulu. Sebulan. Tidak boleh lebih lama.
Kualitas guru memang ikut menentukan dalam menentukan unggulan. Belum tentu satu sekolah punya cukup guru yang berkualitas baik. Termasuk dalam hal passion.
Maka saya akan izinkan bila satu madrasah hanya akan punya dua mata pelajaran saja. Terutama kalau di madrasah itu hanya punya dua guru yang bagus. Kalau ada mata pelajaran yang tidak ada gurunya yang bagus lebih baik mata pelajarannya dihapus saja. Untuk apa dipaksakan ada, dengan guru seadanya. Yang jadi korban: siswa. Juga orang tua mereka.
Begitu banyak persoalan yang dihadapi Majelis Pimpinan Pusat (MPP) PSM. Untung kiai kami yang baru, MT Yanuar Miryanta, masih muda. Ryan belum 30 tahun. Alumni hukum UII Yogyakarta. Ia jadi ketua umum dadakan karena ayahnya meninggal di masa Covid-19.
Keunggulannya: banyak senyum, banyak humor, dan pembelajar yang cepat. Meski begitu banyak masalah yang ia hadapi, ia senyum-senyum saja. Ia pandai mengejek diri sendiri. Ia mengartikan MPP sebagai majelis persoalan persoalan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: