Dampak Harga Batu Bara Merosot, Banyak Karyawan di PHK, Ini Data Menurut Dinas Ketenagakerjaan di Sumsel

Dampak Harga Batu Bara Merosot, Banyak Karyawan di PHK, Ini Data Menurut Dinas Ketenagakerjaan di Sumsel

sektor pertambangan batu bara / dokumen-foto ist-

Dampak Harga Batu Bara Merosot, Banyak Karyawan di PHK, Ini Jumlah Menurut Dinas Ketenagakerjaan di Sumsel

SUMSEL - Merosotnya harga batu bara di dunia telah berdampak pada sektor pertambangan di Sumatera Selatan. 

Hal ini terlihat dari adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengurangan jam kerja terhadap karyawan perusahaan pertambangan.

Berdasarkan data dari Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Lahat, sejak tahun 2023 hingga awal 2024, ada sekitar 500 karyawan perusahaan yang dirumahkan dan di-PHK.

 Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan merosotnya harga batu bara.

Dampak merosotnya harga batu bara tidak hanya dirasakan oleh karyawan perusahaan pertambangan, tetapi juga oleh masyarakat sekitar.

BACA JUGA:Pertamina-Toyota Kerja Sama Bahan Bakar Hidrogen, SPBU Daan Mogot jadi Stasiun Terintegrasi 3 Bahan Bakar

 Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertambangan, baik sebagai karyawan maupun sebagai pedagang maupun jasa.

“Iya, ada 500 karyawan yang dirumahkan dan di-PHK,” ujar Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Lahat, Mustofa Nelson, melalui Kabid HI dan Jamsostek, Andri Kurniawan SE, dilansir dari sumateraekspres.id.

Dikatakannya, memang beberapa perusahaan pertambangan di Kabupaten Lahat terkena dampak cuaca ekstrem seperti kemarau dan musim hujan pada tahun 2023 hingga awal 2024.

“Selain itu, ada pula karena adanya penurunan harga batu bara. Akibatnya cukup banyak karyawan perusahaam yang dirumahkan akibat beberapa faktor tersebut,” jelasnya.

Seperti dari PT BSS ada sekitar 300-an karyawan perusahaan yang dirumahkan. Lantaran karena menurunnya produksi batu bara, cuaca ekstrem harga batu bara yang turun.

"Dari 300-an itu juga ada yang di-PHK karena kurangnya produksi tadi. Sementara yang dirumahkam melihat kondisi perusahaan untuk kembali memproduksi pada beberapa bulan ke depan," sampainya.

Selanjutnya juga ada PT BL dan Bomba Group yang juga dirumahkan akibat cuava ekstrem. Sehingga stand by dahulu menunggu cuaca membaik. "PT BL sekitar 70-an, Bomba Group sekitar 100-an karyawan yang stand by," ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: