Penyebab Dokter di OKU Nekat Akhiri Hidup, Diduga Depresi karena Masalah Ini, Keluarga Tolak Autopsi

Penyebab Dokter di OKU Nekat Akhiri Hidup, Diduga Depresi karena Masalah Ini, Keluarga Tolak Autopsi

seorang dokter muda yang dikenal dengan panggilan akrab Dokter Kyki ditemukan tewas gantung diri di kediamannya, Senin (21/10/2024) sekitar pukul 16.30 WIB. -Foto: Eris/OKES-

Pihak keluarga menyatakan bahwa almarhum diduga mengalami depresi akibat masalah keluarga. Dan menolak untuk dilakukan autopsi.

Kepolisian Resor OKU yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) memastikan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau kehilangan barang berharga dari lokasi kejadian.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari keluarga, korban diduga mengalami tekanan emosional akibat permasalahan rumah tangga.

Kepala Satuan Intelkam Polres OKU, Iptu M. Saleh, mengungkapkan bahwa pihak kepolisian akan memantau situasi di masyarakat agar tidak muncul informasi hoaks yang bisa memperkeruh keadaan. 

"Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak keluarga dan pemerintah setempat untuk menjaga ketertiban," ujarnya.

Paman korban, Joko, yang sangat dekat dengan Dokter Kyki, mengaku terkejut ketika mendapat kabar kematian keponakannya. 

BACA JUGA:10 Makanan yang Dapat Meningkatkan Kecerdasan Anak, Berikut Rinciannya

"Saya sempat mengungsi di rumahnya saat banjir di Dusun Baturaja beberapa bulan lalu. Dia orang yang baik, sangat perhatian dengan keluarga," kenangnya.

Sosok Dokter Kyki juga dikenal oleh Kepala Dinas Kesehatan OKU, Deddi Wijaya.

"Dia orang yang proaktif dan selalu murah senyum. Kabar ini benar-benar mengejutkan, saya sering berkomunikasi dengannya," ungkap Deddi. 

Deddi pun mengenang Korban terakhir bertugas di Puskesmas Sekarjaya setelah sebelumnya pernah mengalami kecelakaan yang membuatnya dipindahkan dari Puskesmas Pengandonan.*

*Artikel ini tidak bermaksud mendorong siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Jika Anda merasa mengalami gejala depresi atau memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup, segera berbicara dengan orang terdekat dan cari bantuan profesional, seperti psikolog, psikiater, atau layanan kesehatan mental.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: