Jika tingkat bahaya ketebalan kabut asap tinggi, maka harus segera menurunkan jam belajar bagi anak didik.
"Jadi, mengurangi jam belajar paruh waktu atau bahkan lebih jika tingkat ketebalan semakin parah. Bila tingkatnya makin tinggi, maka anak-anak belajarnya di rumah dengan cara daring," ujar Joko.
Bahkan dirinya juga menginstruksikan setiap sekolah untuk menyediakan masker bagi tenaga pendidik dan pelajarnya.
"Saya harap bagi sekolah juga berkoordinasi dengan Puskesmas terdekat," ungkap Joko.
Masih dikatakan Joko, untuk antisipasi jika pelajar terjangkit inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA) agar pihak sekolah berkoordinasi dengan pihak kesehatan setempat.
"Mudah-mudahan tidak sampai sejauh itu," jelas Joko Edi Purwango.
BACA JUGA:Waspada Modus Penipuan Perubahan Tarif Transaksi Kini Kembali Muncul dengan Mengatasnamakan Bank BNI
Sementara, berdasarkan data dari website Indeks kualitas udara Air Quality Indeks (AQI), Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) berada pada peringkat pertama kualitas udara terburuk di seluruh Indonesia.
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Sinta Andayani menambahkan, udara di Sumsel beberapa pekan terakhir masuk dalam kategori tidak sehat.
BACA JUGA:Anti Rungkad, Ada Uang Rp4.200.000 di Buka untuk Gelombang 61 Kartu Prakerja 2023
"Kita melihat sekarang ini intensitas hujan mulai berkurang, cuaca umumnya cerah berawan. Dan terjadi peningkatan titik hotspot di wilayah sekitar Palembang seperti OKI dan Ogan Ilir, juga beberapa titik terdapat di Palembang, sehingga menyebabkan kondisi udara semakin memburuk," kata Sinta Andayan.(sumeks.co)