OKES.NEWS - Banyak orang percaya bahwa kebiasaan minum air es setelah makan dapat menyebabkan lemak menggumpal atau menghambat proses pencernaan.
Kepercayaan ini telah lama beredar dan sering dianggap sebagai nasihat kesehatan yang benar.
Namun, benarkah anggapan tersebut memiliki dasar ilmiah, atau hanya sekadar mitos yang diwariskan dari generasi ke generasi?
Asal-usul keyakinan ini berawal dari pandangan bahwa air dingin bisa “membekukan” lemak dari makanan di dalam tubuh, sehingga proses pencernaan menjadi lebih lambat.
Dari pemikiran tersebut kemudian muncul anggapan bahwa air hangat lebih baik karena diyakini membantu kerja lambung dan usus.
BACA JUGA:Tingkatkan PAD, Pemkab OKU Selatan Belajar Pengelolaan Retribusi dan Wisata ke Tanah Datar
Selain itu, faktor lingkungan dan kebiasaan keluarga turut memperkuat kepercayaan ini. Nasihat yang sering disampaikan di meja makan, ditambah pengaruh dari media, membuat pandangan tersebut terus dipercaya banyak orang hingga sekarang.
Faktanya, tubuh manusia memiliki mekanisme alami untuk menyeimbangkan suhu cairan yang masuk.
Dengan suhu tubuh normal sekitar 36–37°C, air dingin yang diminum akan menyesuaikan diri dengan suhu tubuh sebelum proses pencernaan berlangsung di lambung.
Menurut penjelasan dari Healthline dan Medical News Today, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa air es mengganggu pencernaan atau penyerapan nutrisi.
Suhu minuman tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas sistem pencernaan.
BACA JUGA:Mayat Ditemukan Mengapung di Sungai Ogan OKU, ini Identitasnya
Meski begitu, sebaiknya hindari minum air es ketika tubuh sedang kurang sehat, misalnya saat flu, batuk, atau radang tenggorokan, karena suhu dingin dapat memperparah rasa tidak nyaman pada tenggorokan.