Bumi Semakin Panas, Kepala BMKG Sebut Ancaman Menakutkan Bukan Perang atau Pandemi Tapi...

Bumi Semakin Panas, Kepala BMKG Sebut Ancaman Menakutkan Bukan Perang atau Pandemi Tapi...

Pelatihan Gabungan Pelatih Sekolah Lapang Iklim untuk Negara Anggota Colombo Plan --

Bumi Semakin Panas, Kepala BMKG Sebut Ancaman Menakutkan Bukan Perang atau Pandemi Tapi...

OKES.NEWS- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa ancaman paling menakutkan bagi seluruh umat manusia bukanlah pandemi atau perang,melainkan perubahan iklim. 

Menurutnya, perubahan iklim global yang disebabkan oleh pemanasan global menjadi akar dari berbagai bencana hidro-meteorologi, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, serta krisis pangan.

"Dampak perubahan iklim global tidak boleh dianggap enteng karena berpengaruh signifikan dan berbahaya bagi kehidupan. Kondisi ini mengancam semua negara di seluruh dunia tanpa terkecuali," ungkap Dwikorita saat acara Pelatihan Gabungan Pelatih Sekolah Lapang Iklim untuk Negara Anggota Colombo Plan di Cianjur, Jawa Barat, pada akhir pekan lalu

Dwikorita juga menjelaskan bahwa perubahan iklim mengancam ketahanan pangan di semua negara. 

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) bahkan memprediksi bahwa pada tahun 2050, dunia akan menghadapi potensi bencana kelaparan akibat perubahan iklim, sebagai akibat dari penurunan hasil panen dan gagal panen.

BACA JUGA:Siang Berawan, Malam Hujan Ringan Disertai Petir, Prakiraan Cuaca Minggu 16 Juli 2023 untuk Sumsel

Berbagai upaya dilakukan oleh negara-negara di seluruh dunia sebagai bagian dari mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk Indonesia. 

BMKG sendiri secara rutin menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) sejak tahun 2011, yang ditujukan untuk petani dan penyuluh pertanian di seluruh Indonesia. 

Keberhasilan kegiatan SLI di Indonesia bahkan telah dijadikan acuan dan telah dilaksanakan Pelatihan Gabungan Pelatih SLI untuk negara-negara anggota Colombo Plan di Asia-Pasifik, Timor Leste, dan Pakistan.

Pelatihan Sekolah Lapang Iklim (CFS)/Sekolah Lapang Iklim (SLI) ini diikuti oleh 8 negara anggota Colombo Plan dan Timor Leste. 

''Total terdapat 19 peserta yang berasal dari Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, Sri Lanka, Filipina, dan Timor Leste. Negara-negara ini belajar bagaimana SLI diselenggarakan sebagai bagian dari upaya mencegah krisis pangan," jelasnya.

CFS juga merupakan salah satu program Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KTSST) antara pemerintah Republik Indonesia, yang diwakili oleh Kementerian Sekretariat Negara dan BMKG, dengan Sekretariat Colombo Plan. 

''Kegiatan ini juga merupakan bukti kepemimpinan dan kontribusi Indonesia dalam upaya adaptasi perubahan iklim, terutama dalam mengatasi masalah ketahanan pangan," tambah Dwikorita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: