Nama Logo

Nama Logo

ilustrasi-foto ist-

Sejak SD Chandra mengamalkan bacaan salawat nabi. Tiap hari. Siang dan malam. Sehari ia bersalawat  puluhan ribu kali. "Saya dapat ilham untuk melakukan itu," katanya.

Meski kuliahnya di Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) tapi yang ia pelajari lebih serius adalah soal nama dan logo. Akhirnya ia ahli nama dan logo, terkait dengan hoki.

Waktu masih SD ia mengatakan bahwa Ibrahim Hasan akan jadi gubernur Aceh dua periode. Lalu jadi menteri. Ternyata benar.

Sewaktu Jokowi jadi wali kota Solo, ia menemui beliau. Katanya: Bapak akan jadi gubernur Jakarta lalu jadi presiden dua periode. "Benar kan?".

Setelah ini beliau akan jadi apa?

“Sekjen Perserikatan Bangsa-bangsa," tegasnya.

Waktu itu Chandra tidak minta apa-apa. Hanya saja kalau omongannya jadi kenyataan ia minta diundang ngopi di Istana. Lalu minta agar ibu kota dipindah: ke satu lokasi antara Cirebon dan Brebes. Nama ibu kota baru itu pun ia usulkan: Indrasaka.

Menurut penglihatan batinnya, lokasi itu aman. Pun bila ada perang dunia. Bisa seperti Surabaya di tahun 1945: dihujani bom tapi bomnya masuk laut dan sungai.

"Anda kan juga mengusulkan nama ibu kota bisa juga Nusantara?"

“Iya. Tapi penulisannya harus Nuswantara. Bukan Nusantara," jawabnya.

Kini Chandra berumur 61 tahun. Sehat. Keliling terus. Berat badannya ideal: 68 kg. Ia ziarah terus. Ke makam-makam wali. Makam raja. Ke tempat ziarah di Banjarmasin saja 51 kali.

Di zaman Presiden Soeharto sebenarnya Chandra ingin menghadap. Meski masih remaja ia berani diadu dengan kepandaian penasihat spiritual presiden saat itu: Sudjono Humardani. "Mungkin saya dianggap anak kecil. Ditolak," katanya.

"Sudah berapa banyak nama yang diperbaiki berdasar saran Anda?"

"Tak terhitung. Terlalu banyak".

"Berapa banyak logo perusahaan yang diperbaiki setelah konsultasi dengan Anda?"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait