Mengenal Sindrom Broken Heart Ternyata Lebih dari Sekadar Patah Hati, dan Anda Pernah Mengalaminya?

Mengenal Sindrom Broken Heart Ternyata Lebih dari Sekadar Patah Hati, dan Anda Pernah Mengalaminya?

Perlu anda ketahui, sindrom Broken Heart, secara medis dikenal sebagai Kardiomiopati Takotsubo, bukanlah sekadar metafora puitis tentang patah hati.--

Mengenal Sindrom Broken Heart, Lebih dari Sekadar Patah Hati dan Anda Pernah Mengalami?

OKES.NEWS-  Istilah 'patah hati' sering kali dianggap sebagai metafora puitis tentang kesedihan, namun nyatanya, kondisi ini memiliki dasar biologis yang serius.

Dalam medis, Sindrom Broken Heart, dikenal juga sebagai Kardiomiopati Takotsubo, pertama kali diidentifikasi di Jepang pada 1990, menggambarkan kondisi medis nyata yang mempengaruhi jantung.

Disebabkan oleh stres emosional atau fisik ekstrem. 

Dan sindrom ini ditandai dengan pembesaran sebagian jantung yang tidak berfungsi dengan baik, sementara bagian lainnya mungkin berkontraksi lebih kuat.

 Fenomena ini sering kali disalahartikan sebagai serangan jantung, mengingat gejalanya yang mirip, seperti nyeri dada dan kesulitan bernapas. 

Namun, pada pasien Sindrom Broken Heart, penyumbatan arteri jarang ditemukan.

BACA JUGA:Amalan Rahasia Kebahagiaan, Ustad Abdul Somad: Tenangnya Hati dalam Islam dan Doa yang Menguatkan Iman

BACA JUGA:Sakit Hati Dibully, Siswa SMP Bunuh Teman Sekelasnya Sendiri

Wanita menopause diketahui memiliki risiko lebih tinggi, meskipun kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja dari berbagai usia. 

Dari lama kemenkes, Penyebab utama sindrom broken heart adalah pelepasan hormon adrenalin akibat stres yang intens, yang bisa menyebabkan 'stunning' dari miokardium (otot jantung).

Meskipun banyak pasien pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu, Sindrom Broken Heart tidak boleh dianggap enteng karena bisa menyebabkan komplikasi seperti gangguan irama jantung, gagal jantung, bahkan kematian mendadak dalam kasus yang jarang terjadi.

Pengobatan untuk kondisi ini seringkali melibatkan obat-obatan yang digunakan untuk gagal jantung atau serangan jantung. Ingat harus konsultasi dengan dokter atau psikolog.

Termasuk beta-blocker dan ACE inhibitor, menekankan pentingnya penanganan medis yang tepat untuk mencegah komplikasi serius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: