Minta Pemerintah Tindak Tegas Pelaku Kecurangan Harga Gas LPG

Minta Pemerintah Tindak Tegas Pelaku Kecurangan Harga Gas LPG

Masyarakat mengantre untuk mendapatkan gas LPG 3 kg meski harganya melambung tinggi. (Foto; HOS)--

OKU SELATAN - OKES.NEWS - Dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat di Kabupaten OKU SELATAN terus merasakan dampak dari lonjakan harga gas elpiji bersubsidi yang cukup mencolok.

Menurut data dari Pemerintah Kabupaten OKU Selatan, Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk gas LPG 3 kg di wilayah ini seharusnya sebesar Rp18.500. 

Namun, fakta di lapangan menunjukkan harga tersebut bisa mencapai Rp40.000 bahkan lebih, terutama di daerah terpencil seperti Kecamatan Muaradua Kisam dan sekitarnya.

Pemerintah daerah sebenarnya telah mengambil sejumlah langkah untuk menanggulangi hal ini.

Seperti menggelar Operasi Pasar Gas Murah, melakukan inspeksi mendadak ke agen, hingga melakukan sidak ke Pertamina SPBE Buay Rawan.

BACA JUGA:Perkuat Silaturahmi, Diskominfo OKU Timur Gelar Halal Bihalal Bersama Insan Pers

Meski berbagai upaya telah dilakukan, tingginya harga gas masih menjadi momok yang meresahkan warga di berbagai kecamatan. 

Hal ini memunculkan pertanyaan di kalangan masyarakat—apakah ada pihak-pihak tertentu yang bermain dalam penentuan harga gas elpiji bersubsidi ini?

Pertanyaan tersebut juga disuarakan oleh AS, seorang warga dari Desa Bayur, Kecamatan Muaradua Kisam, pada Rabu, 9 April 2025.

Ia menyebutkan bahwa perbedaan harga kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor geografis dan tingginya biaya distribusi. 

Letak OKU Selatan yang berada di daerah pedalaman Sumatera Selatan memang menyulitkan akses dan menambah ongkos pengangkutan gas.

BACA JUGA:Gandeng Ombudsman, PLN Perkuat Transparansi dan Pelayanan Pasca Lebaran

"Namun, kondisi ini seakan tidak menjadi pertimbangan para pelaku usaha gas, sementara masyarakat di daerah ini sangat terbebani oleh harga yang melambung," ujarnya.

Kenaikan harga gas elpiji bersubsidi ini memberi dampak besar bagi kehidupan warga. Banyak yang mengeluhkan lonjakan harga karena merasa sudah tidak mampu lagi menyesuaikan pengeluaran dengan penghasilan yang terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: