Petani Mengeluh, Harga dan Hasil Produksi Karet Terus Menurun

Petani karet di Desa Perjaya, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur mengeluh, lantaran harga dan hasil produksi getah karet terus menurun. (Foto: Kholid/Sumeks)--
OKES.NEWS - Petani karet di Desa Perjaya, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur mengeluh, lantaran harga getah karet terus menurun.
Dalam sepekan terakhir, harga karet turun Rp200 per kilogram. Jika pekan lalu harga karet usia dua minggu masih berada di angka Rp13.300 per kilogram, kini hanya Rp13.100 di tingkat kelompok tani.
Bagi petani, kondisi ini menjadi pukulan berat, terlebih di tengah cuaca yang sulit diprediksi.
Perubahan iklim yang kadang menghadirkan hujan deras, kadang panas terik, membuat proses penyadapan hingga pengeringan getah karet tidak berjalan optimal.
Eko, salah satu petani di Desa Perjaya, mengaku tantangan yang dihadapi bukan hanya soal harga, tetapi juga produksi yang terganggu akibat cuaca.
BACA JUGA:SMP Negeri 01 Buay Rawan Bekali Siswa Keterampilan Digital Sejak Dini
“Beberapa minggu terakhir cuaca tidak menentu. Pagi bisa panas, siang hujan. Kalau kelembapan tinggi atau sering hujan, getah sulit keluar dan susah kering. Kadang malah rusak karena terlalu lama lembap. Ditambah harga turun, semakin berat bagi kami,” ujarnya.
Senada, Vivin, petani lainnya, mengeluhkan biaya operasional yang tak sebanding dengan hasil panen.
“Kami nyadap subuh-subuh, tapi kalau hujan datang mendadak, getah tidak terkumpul maksimal. Sementara kami tetap butuh biaya untuk pupuk, membersihkan kebun, dan kebutuhan rumah tangga. Kalau harga terus turun, makin bingung harus bagaimana. Harapan kami harga stabil dan cuaca bersahabat,” tuturnya.
Adi, petani yang sudah puluhan tahun menggantungkan hidup dari karet, juga merasakan beratnya bertahan di tengah situasi sekarang.
“Lahan saya cuma sedikit, sekitar satu hektar. Dulu waktu harga karet bagus, kami bisa menyekolahkan anak, bahkan sedikit menabung. Sekarang, untuk makan saja susah. Harga turun, kebutuhan hidup naik,” ucapnya sambil menatap tumpukan karet setengah kering di pondoknya.
BACA JUGA:SMP Negeri 01 Buay Rawan Bekali Siswa Keterampilan Digital Sejak Dini
Ia menambahkan, tahun ini cuaca jauh lebih sulit diprediksi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Kadang baru mau nyadap pagi-pagi, hujan deras datang. Atau getah sudah disadap, sore hujan, belum sempat kering malah busuk. Kalau sudah begitu, harga di pengepul makin rendah. Kerja kami dari subuh sampai sore jadi seperti sia-sia,” keluhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: