Apresiasi Perajin Tenun dan Pandai Besi

Gubernur Sumatera Selatan, H Herman Deru, mengunjungi sentra perajin tenun kain songket dan pandai besi. (Foto istimewa)--
SUMSEL - OKES.NEWS - Gubernur Sumatera Selatan, H Herman Deru, mengunjungi sentra perajin tenun kain songket dan pandai besi. Tepatnya berada di Desa Limbang Jaya I, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sabtu (31/5).
Beberapa perajin tenun dan pemintal benang menunjukkan keahliannya di balai desa saat menenun kain songket. Herman Deru juga menyapa para perajin pandai besi dengan melihat hasil produk perkakas yang telah ditempa. "Tidak banyak ibu-ibu yang punya kelebihan seperti para perajin di Desa Limbang Jaya I. Karena ternyata masih banyak yang mahir dan punya keahlian menenun songket dengan alat tenun bukan mesin (ATBM)," ujar Herman Deru.
Artinya, ini betul-betul butuh ketekunan, ketelitian, dan konsistensi. HD mengapresiasi pemerintah daerah yang masih mempertahankan warisan budaya dari nenek moyang Sumsel. "Tinjauan saya ke sini untuk melihat konsistensi para perajin. Kalau kita lihat kondisi di sini, memang bukan dibuat. Tapi ibu ini memang ahli. Tapi tetap ibu-ibu sebagai penopang ekonomi jangan sampai meninggalkan tanggung jawab rumah tangganya," ucap HD.
Ia menyampaikan, ada imbauan penting melalui pemerintahan Presiden Prabowo yang punya gagasan mulia mendirikan Koperasi Merah Putih di setiap desa. Sesuai dengan Keppres No 25/2025. Pemda bersama pemdes diwajibkan membangun koperasi sebagai pendorong geliat ekonomi di masyarakat. Tetapi tidak meninggalkan kearifan lokal.
BACA JUGA:Sandy Walsh Absen Lawan Tiongkok di Kualifikasi Piala Dunia 2026
"Dengan kreativitas yang lebih maju lagi. Kita punya tugas meningkatkan keterampilan agar produksi. Memberikan akses permodalan, bisa dari koperasi, KUR atau lembaga sah lain. Serta menentukan pasarnya, percuma produkai tinggi tapi tidak ada pasar. Maka harusnya disesuaikan dengan kondisi pasar," ujarnya.
Gubernur mendorong agar para perajin melalui dinas terkait dapat dibantu dalam hal pinjaman modal dan asuransi tenaga kerja. Sehinga, dapat membantu para perajin agar dapat berkembang lebih baik lagi.
Kades Limbang Jaya I, Isnani, menyebut ada 596 kepala keluarga (KK) yang menghuni desa tersebut. "Hampir seluruhnya, sekitar 90 persennya merupakan perajin. Jadi misal ibu-ibunya nenun, bapaknya jadi pandai besi. Kalau pemasarannya sudah merambah ke luar, seperti Kalimantan, Palembang, Jakarta, dan kota lainnya," ungkap Kades Isnani.
Ia mengungkapkan, terkadang harga songket tidak sesuai dengan upah kecil yang diterima perajin. "Karena kadang kalau sedang sepi, dijual murah, padahal buatnya lama. Jadi harapannya para perajin bisa dibantu permodalan dan akses pemasaran yang lebih baik lagi ke depannya," jelasnya.
Rata-rata para perajin mewarisi keahlian tenun SD saja masih duduk di bangku kelas 5 SD. Keahlian tersebut diwarisi oleh keluarganya secara turun temurun. Biasanya penenun mendapatkan hasil Rp200 ribu dari satu lembar kain yang di tenun selama 1 minggu. Untuk modal benang, biasanya penenun meminjam dari para para owner toko songket. Lalu setelah lain songket jadi, akan langsung di setor dan mendapatkan upah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: