Kebiasaan ini membawa berkah, karena Allah memberkahi beliau dengan ilmu laduni di bidang Fiqih.
Semuanya dimulai dari mimpi beliau mengajar kitab Kuning di pondok.
Setelah mimpi tersebut, beliau yang sudah mondok selama tujuh tahun dan baru berada di kelas satu tsanawiyah, tiba-tiba memiliki kemampuan membaca kitab kuning yang diajarkan oleh Kyai Muh, gurunya.
Kejadian ini membuktikan bahwa beliau memiliki keiatimewaan dari Allah yang luar biasa.
Prestasi ini tentu saja mengejutkan semua orang di pondok.
Beliau Mbah Ma'roef yang dulunya diremehkan dan diolok-olok oleh teman-temannya, tiba-tiba menjadi pusat perhatian dan dihormati.
Bahkan guru beliau, Kyai Muh, akhirnya datang untuk belajar darinya.
Namun, tak lama setelah itu, beliau memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dalam mencari ilmu.
Beliau pindah ke pondok Pesantren di Semarang dan belajar pada Kiai Sholeh di Ndarat.
Setelah dua tahun belajar di sana, beliau berpindah nyantri lagi, kali ini pada Kiai Sholeh Langitan Tuban.
Perjalanan hidup beliau Mbah M'roef penuh dengan liku-liku.
Dalam perjalanan menuju pesantren baru, beliau bahkan dihadang oleh perampok.
Namun, dengan ilmu penglimunan yang dimilikinya, beliau berhasil menghindari bahaya tersebut.
Genap setahun di Langitan, beliau memutuskan untuk kembali pulang.
Namun, usianya yang telah menginjak 30 tahun membawanya ke tahap baru dalam hidupnya.