Tetapi untuk kepentingan umat dan masyarakat secara luas.
Mbah Yai Ma'roef, KH Abdul Madjid Ma'ruf dan KH Abdul Latif Madjid RA--
Beiau menghadapi tantangan dan ancaman spiritual, namun semangatnya tidak pernah luntur.
Pada awal tahun 1963, Romo KH. Abdoel Madjid Ma’roef menerima alamat ghoib yang kedua sebagai peringatan atas amalannya yang sebelumnya.
Hal ini semakin memacu Romo KH. Abdoel Madjid Ma’roef untuk meningkatkan bermunajat dan mujahadahnya demi perbaikan mental dan akhlak umat manusia.
BACA JUGA:Mbah Ma'roef Profesor Doa dari Kedunglo yang Banyak Dikunjungi Orang dari Berbagai Golongan
Tidak lama setelah itu, tepatnya malam Jum'at Legi, tanggal 22 Muharrom 1383 H (14 Juni 1963 M), Romo KH. Abdoel Madjid Ma’roef menerima alamat ghoib yang ketiga.
Alamat ini menegaskan pentingnya segera melaksanakan tugas yang diamanatkan kepadanya.
Sejak saat itu, Romo KH. Abdoel Madjid Ma’roef semakin meningkatkan rasa prihatin, bermunajat dan taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
Dalam kondisi bathiniyah yang senantiasa menghadap Allah dan Rasul-Nya, ia menyusun doa Sholawat yang baru lahir dari frekuensi spiritual yang tinggi dan dipenuhi rasa tanggung jawab terhadap umat dan masyarakat.
Sholawat Wahidiyah menjadi doa yang khusus dan sangat berarti bagi Pesantren Kedunglo dan para pengikutnya.
Diyakini bahwa doa ini memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa dalam memperbaiki mental dan akhlak umat manusia.
Dalam peringatan atas sejarah lahirnya Sholawat Wahidiyah, Pesantren Kedunglo menggelar acara doa bersama yang diikuti oleh para santri dan pengikutnya dari berbagai daerah.
Acara tersebut menjadi momen untuk bersama-sama merenung dan berdoa untuk perbaikan mental dan akhlak umat, serta memperkuat amalan sholawat di tengah masyarakat.