Mereka mungkin nggak punya banyak uang untuk mengecat seluruh rumah, tapi mereka mengecat satu dinding di kamarnya, dan itu sudah bikin dia senang.
BACA JUGA:Makin Canggih! HeAR Inovasi Google dalam Diagnosis Dini Penyakit Menggunakan AI
BACA JUGA:Marc Marquez Menggila di MotoGP Aragon 2024
Ayahnya juga sering menyemprotkan air dari selang di halaman, seolah-olah itu adalah kolam renang kecil mereka.
Tapi, nggak bisa dipungkiri kalau keadaan ini meninggalkan bekas dalam dirinya. Federico bercerita bagaimana dia merasa malu karena nggak ingin teman-temannya datang ke rumah yang sederhana.
Tempat tidurnya cuma kasur di lantai, dan suara kecoa yang bersantai di pojok kamar jadi teman tidurnya. Semua ini membuatnya lebih tertutup dan lebih banyak menyimpan perasaan dalam dirinya.
Perjalanan Menjadi Pemain Sepak Bola
Sepak bola jadi pelarian buat Federico untuk menyalurkan emosinya.
Lewat sepak bola, dia berhasil mengubah keadaan keluarganya. Tapi, kesuksesan ini juga membawa perubahan dalam dirinya. Ketika dia bergabung dengan Peñarol di usia 16 tahun, Federico merasa seperti dewa.
BACA JUGA:Bocoran Terbaru Xiaomi 14T dan 14T Pro Berikut Spesifikasi dan Estimasi Harganya
BACA JUGA:Kenali Jenis-Jenis Parfum Pilih yang Sesuai dengan Gaya Kamu
Perubahan mendadak dari seseorang yang nggak dikenal menjadi idola banyak orang membuatnya terjebak dalam delusi.
Federico mengenang saat-saat ketika dia mulai sombong, menolak memberikan tanda tangan kepada anak-anak yang menunggu di pagar cuma karena merasa capek.
Sikap ini sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai yang diajarkan orang tuanya, dan hal ini kemudian menyadarkannya akan kesalahan yang telah diperbuat.
Panggilan dari Real Madrid
Saat bermain di Kejuaraan Amerika Selatan U-17 di Paraguay, Federico menerima panggilan yang mengubah hidupnya. Dua orang yang mengaku dari Real Madrid datang ke hotel tempatnya menginap dan memberi kabar baik.