Mengoptimalkan Potensi Anak

Mengoptimalkan Potensi Anak

Foto: Ilustrasi. (*)--

Mendidik anak di keluarga dan di sekolah juga sangat ditentukan oleh pendidiknya yaitu guru dan orang tua. Program dan kurikulum akan sia-sia jika pendidiknya tidak kompeten. Oleh karena itu guru dan orang tua harus senantiasa membina diri sebagai teladan bagi anak. 

Berbagai poin harus diperhatikan oleh para guru dan orang tua untuk mendukung perkembangan sosial anak dalam belajar online yang positif.

Kemampuan Berbicara dan Mendengarkan. Pada lingkungan tatap muka, anak-anak cenderung langsung berbicara kapanpun mereka mau. Mereka juga kadang tidak mendengarkan orang lain berbicara karena sibuk sendiri.  

Sebaliknya, dalam ruang online, anak tidak bisa berbicara sebebas saat di ruang fisik. Namun, di situlah anak berkesempatan untuk belajar tentang etika berkomunikasi.

Dalam kelas online, setiap anak memiliki giliran untuk berbicara. Saat bukan gilirannya, mereka harus mendengarkan orang lain. Dengan begini, anak akan belajar untuk mengontrol dirinya sendiri. Adanya giliran bicara juga membuat anak belajar saling menghormati dengan cara menyimak pembicaraan dan tidak menyela orang lain.

Komunikasi dua arah yang baik seperti ini akan sangat membantu anak menjaga interaksi sosial yang positif. Dengan begitu, jalinan persahabatan mereka juga akan lebih berkualitas. Bahkan, kemampuan anak untuk bersosialisasi dengan orang lain pun bisa jadi lebih baik lagi.

Minimalisasi Bullying. Selain baiknya perkembangan sosial anak jika belajar online, perkembangan moral dan kesehatan jiwa mereka pun akan lebih aman. Tanpa adanya pertemuan fisik, tentu resiko bullying fisik dapat dihilangkan sepenuhnya. Sementara itu, walaupun peluang terjadinya cyber-bullying masih tetap ada, resikonya masih lebih kecil dan bisa diantisipasi.

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan cyber-bullying. Selama mereka mengawasi dan membimbing kegiatan anak selama online, seharusnya cyber-bullying bisa dihindari. Antisipasi bullying tentu akan lebih sulit jika anak pergi ke sekolah fisik, dimana para orang tua tidak bisa mendampingi atau bahkan sekedar mengawasi.

Minimalisasi Pengaruh Buruk Pertemanan. Pertemanan yang terjalin di sekolah tidak semuanya positif. Terkadang, justru pertemanan tersebut membuat anak terseret pada hal-hal negatif seperti tawuran, bolos, merokok, dan sebagainya. Inilah gangguan besar dalam perkembangan sosial anak, namun cukup kerap terjadi.

Tak jarang orang tua merasa kewalahan mencegah pengaruh buruk pertemanan terhadap anaknya sendiri. Untungnya, hal semacam ini akan jauh lebih mudah ditangani jika anak belajar secara daring.

Perkembangan sosial anak jika belajar online dapat terlihat jelas oleh orang tua. Sehingga, mereka akan langsung mengetahui jika anaknya memberi atau mendapat pengaruh buruk dari teman-temannya. Dengan mengetahuinya sejak awal, orang tua bisa langsung menyelesaikannya sebelum keadaan semakin memburuk.

Kedekatan dengan Orang Tua. Semakin kemampuan sosial anak berkembang, terkadang hubungan mereka justru menjadi semakin renggang dengan orang tuanya. Namun bila anak belajar online, resiko ini bisa diantisipasi.

Sekolah online membutuhkan usaha lebih dari orang tua dalam prosesnya. Bukan hanya sekedar memastikan anak menyelesaikan tugas sekolah, namun orang tua juga berusaha memantau aktivitas sosial anaknya di dunia digital, terutama dalam platform komunikasi dan media sosial. 

Meski demikian, cara ini akan justru akan meningkatkan kuatnya ikatan antara anak dengan orang tua. Anak yang lebih dekat dengan orang tua selama masa tumbuh kembangnya terbukti memiliki kondisi psikologis yang lebih stabil dan matang. Selain itu, kemampuan bersosialisasinya pun cenderung lebih baik ketimbang anak-anak yang tumbuh tanpa perhatian cukup. Kepekaan sosial mereka juga cenderung lebih terasah.

Mengatur Batasan. Terkadang, anak seringkali kesulitan menolak ajakan dan interaksi teman-temannya di sekolah. Namun, selama belajar online, anak lebih memiliki kendali kapan ia mau bergaul dan kapan ia merasa perlu sendirian. Karena sebagian besar interaksi berlangsung secara digital, mereka bisa meletakkan gadget mereka begitu saja jika sedang tidak ingin berinteraksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait