Tanaman Tumbuh Tanpa Matahari? Intip Inovasi Elektro-Agrikultur yang Bikin Pertanian Masa Depan Lebih Hemat La

Tanaman Tumbuh Tanpa Matahari? Intip Inovasi Elektro-Agrikultur yang Bikin Pertanian Masa Depan Lebih Hemat La

Inovasi Elektro-Agrikultur yang Bikin Pertanian Masa Depan Lebih Hemat Lahan. (Foto www.earth.com)--

OKES.NEWS - Elektro-agrikultur, sebuah teknologi pertanian yang super inovatif, diperkirakan akan mengubah cara kita memproduksi makanan di masa depan.

Teknologi ini memungkinkan tanaman tumbuh tanpa cahaya matahari sama sekali dan bisa menghemat lahan pertanian secara besar-besaran.

Dengan metode baru ini, tanaman nggak lagi mengandalkan fotosintesis biasa yang sebenarnya hanya memanfaatkan sekitar 1% energi matahari.

Cara Kerja Elektro-Agrikultur

Prinsip utama elektro-agrikultur adalah memakai tenaga panel surya buat menjalankan reaksi kimia yang bisa mengubah karbon dioksida (CO2) jadi asetat, sejenis senyawa kaya karbon yang bisa dijadikan “makanan” untuk tanaman.

Proses ini ada dua tahap yaitu pertama, CO2 diubah jadi karbon monoksida (CO), terus CO itu diubah lagi jadi asetat.

Asetat ini langsung diberikan ke tanaman, bikin mereka bisa tumbuh di tempat gelap seperti gedung-gedung di tengah kota atau bahkan di luar angkasa.

BACA JUGA:Timnas Indonesia Berpeluang Masuk Pot 1 di Kualifikasi Piala Asia U-23

BACA JUGA:Enzo Tampil Buruk Diduga Karena Masalah Keluarga

Manfaat Elektro-Agrikultur

Keuntungan besar dari elektro-agrikultur adalah penghematan lahan. Diperkirakan teknologi ini bisa mengurangi lahan pertanian sampai 94% dibanding cara-cara lama.

Artinya, banyak lahan pertanian yang bisa diubah jadi hutan atau kawasan konservasi buat alam.

Selain itu, teknologi ini memungkinkan tanaman tumbuh di lingkungan yang bisa dikontrol, jadi kita bisa menanam sepanjang tahun tanpa peduli musim atau cuaca.

Ini penting banget buat menjaga pasokan makanan yang stabil, terutama di tengah perubahan iklim yang makin nggak menentu.

Dari sisi efisiensi, elektro-agrikultur punya konversi energi yang lebih tinggi, mencapai 4%—empat kali lipat lebih tinggi dari fotosintesis alami.

Dengan riset lebih lanjut, efisiensinya bisa meningkat lagi, bikin teknologi ini lebih ramah lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: environmentenergyleader