Diduga Aksi Boikot dan Pandemi, KFC Indonesia Merugi Rp 557 Miliar, Tutup 47 Gerai

Diduga Aksi Boikot dan Pandemi, KFC Indonesia Merugi Rp 557 Miliar, Tutup 47 Gerai

Ilustrasi KFC Indonesia Merugi Rp 557 Miliar dan menutup 47 Gerai diduga akibat aksi boikot dan pandemi Covid-19. (Foto: Istimewa)--

JAKARTA - OKES.NEWS - Kentucky Fried Chicken (KFC), restoran yang terkenal dengan ayam gorengnya yang gurih, dilaporkan mengalami kerugian besar. 

Berdasarkan data dari PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang lisensi KFC di Indonesia, kerugian bersih KFC pada Kuartal III 2024 tercatat mencapai Rp 557,08 miliar.

Data dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa kerugian ini turut berdampak pada nasib karyawan KFC. 

Akibat kondisi ini, manajemen memutuskan untuk menutup sejumlah gerai dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Pencapaian penjualan (KFC) belum memenuhi target manajemen," ungkap pihak manajemen FAST dalam pernyataan resmi pada Sabtu, 9 November 2024.

BACA JUGA:Resmi Jadi WNI, Kevin Diks Dijuluki

BACA JUGA:KKB BRI, Bunga Kompetitif Solusi Miliki Kendaraan Idaman

Aksi boikot menjadi salah satu faktor yang diyakini turut menghambat penjualan KFC. 

Dua faktor utama yang mempengaruhi penurunan ini adalah kondisi ekonomi pasca pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya pulih dan adanya gerakan boikot terhadap produk-produk asal Amerika Serikat di Indonesia.

"Dampak dari kedua hal tersebut sangat mempengaruhi hasil penjualan dalam sembilan bulan terakhir," tulis pihak FAST.

Laporan keuangan konsolidasian KFC per September 2024 juga mencatat bahwa jumlah gerai yang beroperasi turun menjadi 715 dari sekitar 762 gerai pada Desember 2023. 

Jumlah karyawan pun ikut menyusut, dari 15.989 orang pada akhir 2023 menjadi 13.715 orang pada September 2024.

Selain itu, Annual Report KFC Indonesia 2023 mengungkapkan kerugian perusahaan sebesar Rp 418,21 miliar pada tahun tersebut, setelah sebelumnya juga mengalami kerugian Rp 77,45 miliar pada tahun 2022. 

Ini menunjukkan bahwa tren penurunan penjualan sudah terjadi bahkan sebelum adanya gerakan boikot. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: