Syukur dalam Nikmat, Sabar dalam Musibah

Syukur dalam Nikmat, Sabar dalam Musibah

Foto: Ilustrasi. (*)--

Maa’syiral Muslimin rahimakumullah, Musibah adalah ujian dari Allah sekaligus wujud cinta-Nya pada hamba-Nya. Cinta dan kasih sayang Allah akan diberikan kepada hamba-Nya yang kuat dalam menghadapi musibah. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah:

"Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa ridha (menerima cobaan tersebut) maka baginya keridhaan, dan barangsiapa murka maka baginya kemurkaan."  

Hadits ini memberikan motivasi kepada kita untuk senantiasa optimis dan terus sabar dalam menghadapi musibah. Memang terkadang, pesimisme terus menghantui kita dan semakin menambah berat beban dalam menghadapi musibah dan cobaan. Namun sebenarnya bukan besarnya ombak lautan yang kita hadapi, melainkan perahu kitalah yang terlalu kecil untuk mengarunginya. Bukan besarnya masalah yang kita hadapi, melainkan kesabaran kitalah yang terlalu kecil untuk menghadapinya.  

Perlu disadari bahwa sikap sabar ini bukan berarti menyerah terhadap kondisi yang ada. Sabar harus diiringi dengan ikhtiar untuk menghadapi ujian yang ada. Bukan lari dari ujian itu sendiri. Ujian dalam hidup akan menjadikan kita lebih kuat dan berpengalaman dalam menghadapi ujian yang nantinya pasti akan kita temui lagi. Lari dari ujian hidup, bukanlah solusi untuk menyelesaikannya karena jika kita lari dari ujian dan masalah hidup, maka bersiaplah untuk menghadapi masalah yang lebih besar.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. QS Al Baqarah: 286).  

Sabar itu seperti payung yang tidak akan bisa menghentikan hujan namun akan melindungi kita dari air yang membasahi sehingga kita masih akan tetap bisa berjalan di tengah derasnya hujan. Kesabaran tidak akan bisa menghilangkan musibah namun kita akan tetap tegar dalam melewatinya.  

Maa’syiral Muslimin rahimakumullah, Dari penjelasan ini kita bisa menyimpulkan bahwa orang yang sabar adalah dia yang tidak lemah, tidak mudah patah semangat atau menyerah. Sifat sabar ini dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika umat Islam menjadi minoritas dan ditindas di Makkah. Tak ada yang berpaling, menyerah, atau kompromi soal aqidah Islam. Semua tetap tegas dan kuat meskipun dalam siksaan kaum Quraisy.  

Demikian pula ketika di masa pasca Hijrah di Madinah, mereka tetap sabar dan tahan banting dengan pasukan yang jumlahnya lebih sedikit. Ketika menahan diri mereka bersabar, ketika perang terbuka pun mereka sabar. Dengan modal kesabaran ini, maka umat Islam awal tersebut meraih kemenangan gemilang.  Orang-orang yang sabar dan kuatlah yang akan disertai oleh Allah dengan kemenangan sebagaimana firman Allah dalam QS Ali 'Imran: 146:

"Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar”  

Maa’syiral Muslimin rahimakumullah, Demikianlah khutbah tentang pentingnya bersyukur atas nikmat Allah dan bersabar dalam menghadapi berbagai masalah dan musibah yang sudah menjadi sunnatullah harus dihadapi oleh manusia. 

Semoga kita termasuk orang yang kuat dan sabar dalam menghadapi segala bentuk permasalahan dalam hidup dan semoga kita termasuk orang-orang yang dilindungi dan dicintai Allah SWT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: