3 Alasan Indikasi Orang OKU Jarang Gunakan Bahasa Ogan Hingga Terancam Punah

3 Alasan Indikasi Orang OKU Jarang Gunakan Bahasa Ogan Hingga Terancam Punah

Ilustrasi-Dokumentasi oku ekspres/eris-

OKU-OKES.NEWS, Belum lama ini pemerintah kabupaten OKU melakukan upaya untuk mengenalkan budaya bahasa ogan melalui dinas pendidikan OKU. Sumsel.

Program tersebut dinilai mampu meningkatkan pelestarian bahasa ogan yang sebagaimana diketahui adalah bahasa yang biasa digunakan masyarakat oku.

Saat ini, penggunaan Bahasa Ogan di kalangan masyarakat belumlah punah. Hanya saja, penggunaan bahasa daerah khas OKU ini dikhawatirkan akan punah. 

Salah satu usaha pemerintah terkait dengan menggandeng Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan menggelar pelatihan bagi guru untuk merevitalisasi bahasa khas daerah.

BACA JUGA:Wisata Danau Ranau: Pantai Bidadari Tak Pernah Sepi, Ternyata Ini Daya Tariknya

Namun tahukah kamu, jika alasan penggunaan bahasa ogan terancam punah bukan karna masalah orang lokal tidak menggunakan bahasa itu sendiri. 

Terdapat faktor-faktor alasan  yang mempengaruhi terhadap kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan bahasa ogan dalam sehari-hari.

Indikasi pertama:  Adalah saat ini para pegawai di kabupaten OKU lebih dominan di isi oleh pendatang. Seperti Pegawai Negeri sipil (PNS) banyak yang berasal dari daerah luar. Lantaran tes CPNS terbuka untuk umum.

Indikasi kedua:  Banyaknya warga asli yang pergi merantau. Remaja OKU lebih memilih untuk pergi merantau ke luar daerah dengan alasan mencari pekerjaan yang layak. 

BACA JUGA:10 Wisata Favorit dan Wajib Kamu Kunjungi Saat ke Baturaja Kabupaten OKU

Sehingga faktor ini disinyalir bisa menjadi salahsatu penyebab penggunaan bahasa ogan kurang eksis. Lantaran terbawa bahasa daerah dari luar saat kembali ke kampung halaman. 

Indikasi ketiga: Tidak adanya program khusus, bahkan kamus bahasa ogan hingga saat artikel ini ditulis belum ada atau terdaftar. Hal itu rentan menyebabkan  bahasa ogan terancam punah.

Menurut data yang dilansir dari sumber perpustakaan nasional dan kemedikbud bahasa indonesia. 

Hingga Oktober 2019, total bahasa daerah di Indonesia yang terpetakan mencapai 718 bahasa. Dalam buku Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia Edisi Keenam (2019) disebutkan ada penambahan bahasa daerah berasal dari Provinsi Papua (26 bahasa), Papua Barat (7), Maluku (8), Maluku Utara (1), Nusa Tenggara Timur (3), Sulawesi Barat (4), dan Kalimantan Utara (1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: