Assalamualaikum, Nabi Khidir Sering datang ke Kedunglo untuk Menemui Mbah Ma'roef Ketika...

Assalamualaikum, Nabi Khidir Sering datang ke Kedunglo untuk Menemui Mbah Ma'roef Ketika...

Pondok Pesantren (Ponpes) Kedunglo--

Kai H Bisri Mustofa dari Rembang, yang dikejar-kejar penjajah Jepang, meminta perlindungan beliau dan selamat dari kejaran penjajah berkat doa yang diberikan oleh Mbah Ma’roef. 

Cerita-cerita ini membangkitkan gambaran kuat tentang bagaimana spiritualitas dan doa dapat menjadi bagian penting dari perjuangan kemerdekaan.

Keampuhan doa Mbah Ma’roef juga terus memberikan pengaruh bahkan setelah beliau wafat. 

Para penziarah dari berbagai pelosok dan penjuru berdoa berwaslah, berzikir, bersholawat di makam beliau merasakan kekeramatan beliau.

Makamnya berada di sebelah Masjid Ponpes Kedunglo. Mulai 3-6 Agustus 2023 ini ribuan orang ke pondoknya untuk berMujahadah kubro.

ya, Kisah Mbah Ma'roef  ini menjadi contoh kuat tentang betapa pentingnya doa dan spiritualitas dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

BACA JUGA:Lokasinya di Pinggiran Kali Brantas Sejajar Kelenteng Tjoe Hwie Kiong, Ponpes Kedunglo Gelar Mujahadah Kubro

Riwayat hidup Mbah Ma’roef memberikan bukti bahwa pejuangan tidak hanya dilakukan melalui kekerasan fisik.

Doa dan spiritualitas juga menjadi senjata dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam konteks ini, kita dapat memahami betapa kuat dan beragamnya cara berjuang untuk kemerdekaan.

Dari laman Laduni, Dicertiaka oleh Ibu Nurul Ismah Madjid dari pak Pardi dari Kyai Ridwan santri Mbah Ma’roef yang berasal dari Pagu Kediri. 

Beliau bercerita, suatu hari Mbah Ma’roef RA mengajak Kyai Ridwan ke Dhoho Kota Kediri. Antara pondok Kedunglo dengan Kota itu dibatasi Sungai Berantas.

Kebetulan saat itu sungai Brantas banjir airnya meluap dan tidak ada rakit buat menyeberang. 

Hendak berjalan lewat jembatan kembar yang di utara terlalu jauh. Akhirnya Mbah Ma’roef berkata kepada santrinya, Yakh terpaksa kita menyeberangi sungai. Ridwan berdirilah dibelakangku dan pegangi jubahku, kta Mbah Ma'roef. 

Kemudian keduanya berjalan diatas permukaan sungai hingga tiba di tepi sebelah timur. Ajaibnya meski kaki Mbah Ma’roef menyentuh air tapi sama sekali tidak basah. Sedangkan Kyai Ridwan hanya basah sampai mata kaki.

Diriwayatkan dari Kiai Baidhawi. Dulu semasa Mbah Ma’roef masih sugeng (hidup). Nabi Khidir sering datang ke Kedunglo menjumpai Mbah Ma’roef, dan kerap Nabi Khidir bermalam di panggung utara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: