Efek Negatif Video Pendek, Anak Rentan Alami Gangguan Fokus, Tidur, dan Emosi

Ilustrasi anak nonton video pendek yang bisa mengganggu fokus, tidur dan emosinya. (Foto: radiodigitalmanado.co.id)--
OKES.NEWS - Di tengah derasnya arus digital, video pendek dari platform seperti TikTok, YouTube Shorts, dan Instagram Reels telah menjadi bagian dari keseharian anak-anak.
Konten ini sering dianggap sekadar hiburan, padahal para pakar psikologi perkembangan menegaskan bahwa paparan berlebihan bisa berdampak serius terhadap kesehatan mental dan perkembangan anak.
Perpaduan visual cepat, musik yang menggugah emosi, serta algoritma yang dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan membuat anak lebih rentan terhadap pengaruh negatif.
Penurunan Fokus dan Prestasi Akademik
Salah satu dampak yang paling terlihat adalah berkurangnya kemampuan konsentrasi. Penelitian Universitas Tarumanagara menemukan adanya hubungan nyata antara lama penggunaan TikTok dengan penurunan rentang perhatian (r = -0,404).
Temuan ini diperkuat oleh riset Universitas Gadjah Mada yang mengaitkan meningkatnya konsumsi video singkat dengan menurunnya nilai akademik pada pelajar sekolah dasar hingga menengah.
BACA JUGA:HUT RI ke-80 Momentum Jaga Semangat Juang, Perkuat Persatuan dan Nasionalisme
Gangguan Tidur dan Risiko Kesehatan Mental
Masalah lain yang muncul adalah kualitas tidur. Studi yang dipublikasikan BioMed Central mengungkapkan bahwa menonton video pendek sebelum tidur meningkatkan potensi insomnia pada remaja.
Laporan JAMA bahkan mencatat bahwa 1 dari 3 anak usia 9–10 tahun sudah menunjukkan tanda kecanduan digital, yang berkorelasi dengan meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan berat hingga munculnya pikiran untuk bunuh diri.
Melemahnya Memori Jangka Pendek
Efek kognitif lain yang tidak kalah berbahaya adalah menurunnya kemampuan daya ingat.
Riset yang dipublikasikan di arXiv menunjukkan bahwa paparan konten singkat dapat merusak prospective memory atau kemampuan otak dalam mengingat rencana dan aktivitas yang harus dilakukan.
Fenomena yang kerap disebut “TikTok Brain” ini membuat anak terbiasa mencari stimulasi instan, sehingga sulit untuk memahami informasi yang lebih kompleks atau membutuhkan konsentrasi tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: